Powered By Blogger

Selasa, 20 Januari 2015

STIFIn Jay Tsunami, Pengaruh Golongan Darah terhadap karakter..



Menurut konsep STIFIn, secara sederhana ada tingkatan yang dapat mempengaruhi karakter seseorang,, bagaimana mengambil keputusan, bertindak tau merespon keadaan dari yang dialaminya..
nah,, cuman ada 4 Golongan darah yang menjadi distintif dalam tubuh kita.. yakni A, AB, B, dan O..... kesemua jenis Golda tersebut berpengaruh kecil terhadap perubahan aksi tindak tanduk kita.. Namun dalam konsep STIFIn,, golongan darah hanya sebagai pengentar Pesan kepada pemilik rumah atau pemilik tubuh. jika diibaratkan maka,, treatmean yang diterima oleh tubuh kita akan langsung direspon oleh golongan darah,, informasi yang diterima tersbut kemudian dibawah ke pusat pengendali tubuh,, lalu otak lah yang mengambil keputusan..

Nah,, jika seseorang belum TES STIFIn,, belum mengenal bagian potensi terbesar bakat alamiah MESIN KECERDASAN Personality Genetiknya,, maka sangat boleh dipastikan,, pengambilan keputusan rada-rada galau, bingung, serta banyak ketidakpastiannya..
Golongan darah A seakan-akan ditarik dipaksa menjadi kayak orang Thinking,, yang logis, sistematis,, tega
Golongan darah B seakan-akan ditarik dipaksa menjadi kayak orang Intuiting yang punyak banyak alternatif, imaji serta kemauan keras

Golongan darah AB seakan-akan ditarik dipaksa menjadi kayak orang Sensing yang printilan, tersusun dan sesuai pengalaman
Golongan darah O seakan-akan ditarik dipaksa menjadi kayak orang Feeling yang lebay, berperasaan dan banyak omong

Ketika anda SUDAH TES STIFIn maka anda akan paham,,
Mesin Kecerdasan Sensing jika bergolongan darah AB makan cenderung menjadi sensing sejati. jika goldanya A maka sedikit agak kritis dan pemikir serta tegaan. Jika Goldanya B maka cenderung pandai berkarya, berimajji dan punya tekat kuat optimis, dan jika Goldanya O maka cenderung perhatian, berperasaan serta nyaman tuk curcol.

Mesin kecerdasan Thinking jika Goldanya A maka cenderung menjadi Thinking sejati yang pemikir punya banyak solusi dan tegas. jika Goldanya AB maka cenderung akan lebih rapi, bergaul dengan santai dan rajin. jika Goldanya B maka cenderung punya prinsip kuat, karya makin jadi serta optimis dengan pemikiran yang ada, jika golda O maka cenderung main hati dan menjadi cepat akrab dengan orang lain.

begitu pula degan MESIN KECERDASAN yang lain... nah dengan mengetahui Belahan otak kita dan juga tahu tentang Golongan darah kita,, maka sangat membantu kita dalam merespon sesuatu,, memaklumi orang lain dan dapat dijadikan sebagai indikasi tuk memberikan rangsangan tertentu dalam segala sesuatu yang hubungannya sosial,, pekerjaan, belajar, pasangan, sampai pada level jika menjadi seseorang yang dianggap menjadi figur dalam masyarakat.. memilih pemimpin dan lain sebagainnya.

Waahhh Manfaat Tes STIFIn tidak ada habisnya yaaa...
Mari Tes STIFIn dan Sambut ERA Mesin Kecerdasan

Jumat, 09 Januari 2015

STIFIn Jay Tsunami,, DI MANA POSISI STIFIn DALAM FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN ?





DI MANA POSISI STIFIn DALAM FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN ?
Secara Ontologi (ilmu yang mempelajari realitas atau kenyataan konkrit secara kritis), STIFIn termasuk neurosains atau ilmu syaraf yaitu ilmu yang mempelajari sistem syaraf atau sistem neuron yang mencakup struktur, fungsi, perkembangan, genetika, biokimia, fisiologi, farmakologi, informatika, penghitungan dan patologi sistem saraf.

Secara Epistimologi yaitu yang berhubungan dengan hakikat ilmu pengetahuan, dasar-dasar serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang diperoleh melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode (induktif, deduktif, positivisme, kontemplatis, dialektis, dll), STIFIn termasuk ranah keilmuan Dermatoglyphic. Ilmu ini mendasarkan pada teori epidermal atau garis-garisan pada permukaan kulit. Dermatoglyphic mempunyai dasar ilmu pengetahuan yang kuat karena didukung oleh penelitian, ilmu ini meyakini bahwa sidik jari adalah “cetak biru” seseorang.

Secara Aksiologi (ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat pengetahuan, juga kegunaan ilmu yang tidak bebas nilai. Artinya pada tahap tertentu ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral; sehingga kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan masyarakat dalam usaha meningkatkan kesejahteraan), STIFIn termasuk Pengukuran Biometri yaitu membaca kode biometrik untuk mengenali atau menerjemahkan berbagai kode biometrik yang ada; teknik pembacaannya bisa menggunakan indra manusia atau perangkat teknologi.

Kamis, 08 Januari 2015

STIFIn Jay Tsunami,, SANGGUPKAH TES KECERDASAN (IQ) MENJADI PATOKAN SUKSES



 Sekedar berbagi pengalaman, sewaktu saya masih bersekolah di SMA dulu, alhamdulillah saya adalah siswa yang cukup punya prestasi, pelajaran eksak seperti matematika, fisika dan kimia adalah pelajaran yang saya sukai, jika sedang on, bisa semalam suntuk belajar nggak tau kenapa eh ternyata setelah tes STIFIn hasilnya Thinking introvert, panteess!! Hehe.. tapi yang ingin saya sampaikan pada tulisan kali ini adalah topik diatas – dilema tes kecerdasan, begini ceritanya.
Saya punya rekan satu kelas yang bernama sebut saja MN, ia adalah siswi dengan prestasi terbaik dikelas kami, rangking 1 hmm.. doi juaranya, selain itu anaknya insya Allah solehah. Tapi menurut saya keanehan mulai terjadi saat kami mengikuti psikotes, kita tahu hasil psikotes diantaranya nilai IQ. IQ MN tersebut 110 dan hasil psikotes saya IQ 125 lhoo.. dan yang lebih mengagetkan lagi kami punya teman sekelas juga yang kerjanya ceplas ceplos, tukang ribut dan jauh dari kata rajin belajar apalagi rangking 10 besar inisialnya DM ternyata IQ nya 140 Woowww!! Apa yang salah ya? Bukankah IQ menjadi tolak ukur seseorang dikatakan pintar, tentu saja blm terjawab karena saat itu kami belum mengenal yang namanya tes STIFIn.
Waktu berlalu, kami semua lulus SMA, lalu kuliah dan berkarir, hari ini rekan kami DM punya pekerjaan yang baik di sebuah perusahaan BUMN dan sudah berkeluarga, alhamdulillah.. sedangkan MN hingga hari ini saya belum tahu kabarnya, semoga ia juga punya karir yang cemerlang ya, kami doakan. Latar belakang saya menulis artikel ini pun karena saya baru tahu bahwa ternyata IQ istri saya @d_uwi sewaktu SD nilainya 140 dan di tes ulang ketika SMP kelas 1 ternyata hasilnya 133 wakwawww..
Dalam pandangan ilmu STIFIn, ada 3 dimensi otak manusia, yaitu Kapasitas Otak (Hardware / IQ), Sistem Operasi Otak (Sofware / simpul saraf) dan Budaya Otak (Terapan / diprogram). Tes IQ tidak bisa menjadi rujukan cerdas atau tidaknya seseorang karena hasil IQ mengukur kecerdasan secara umum, selain itu metode tes yang menggunakan kuisioner memiliki kelemahan – kelemahan misalnya saja ada intervensi psikologis (tergantung mood). Poinnya adalah, setiap anak itu cerdas hanya saja cerdasnya berbeda – beda, walaupun modal kita sama 1 triliun sel saraf (neuron) yang membuat seseorang cerdas atau tidaknya bukan soal besar kepalanya (volume otak) namun koneksi diantara sel saraf dalam kepala kita.

Yang menarik dari tes STIFIn adalah, ia memetakan, bukan mengukur seperti tes IQ karena hasil akhir pengukuran akan memperoleh nilai / kategori: superior, rata – rata dan inferior, sebaliknya tes STIFIn memetakan jenis kecerdasan kita, apakah jenis sensing (memori), thinking (logika), intuiting (kreatifitas), feeling (emosi) dan instinct (naluriah) yang dalam bahasa STIFIn dikenal dengan nama sistem operasi otak. Tidak ada yang paling pintar atau bodoh karena beda orang beda kecerdasan, masing – masing punya kelebihan dan kekurangan, tugas kita adalah mensyukuri kelebihan dengan mengoptimalkan apa yang telah Tuhan anugrahkan kepada kita dan kelemahan dibiarkan terdidik secara alamiah. Simak postingan kami sebelumnya “Mengasah Kelebihan atau memperbaiki kekurangan”